PETERNAKAN
Kumpulan Informasi & Artikel Seputar Dunia Peternakan

Penyediaan Bibit Unggul

Penyediaan Bibit Unggul
BIB Lembang menggunakan pejantan dalam tiga kategori, yaitu sapi pejantan proven (Proven Bull), sapi pejantan Register dan sapi pejantan Performans (performances Bull).
Sapi pejantan dengan kualifikasi Proven pada umumnya bangsa sapi perah Holstein yang diimpor dari NewZealand, Jerman Canada dan Australia, sedangkan sapi pejantan kualifikasi Register dan Performans umumnya digunakan untuk sapi potong seperti bangsa Brahman Simmental, Limmousine, Charolais, AMZ, Santa Getrudis dan lain-lain yang diimpor dari New Zealand dan Australia. Sebaliknya untuk peningkatan produksi sapi lokal melalui grading up digunakan sapi pejantan lokal seperti Ongole dengan kualifikasi performans (Performans Bull). Sampai saat ini BIB Lembang telah memenuhi sekitar 60% dari kebutuhan semen beku di Indonesia sesuai dengan kualifikasi pejantan tersebut diatas
Kriteria masing-masing pejantan adalah sebagai berikut :
1. proven Bull : keunggulannya sudah dibuktikan berdasarkan produksi dari anak-anaknya
2. Register Bull : keunggulannya berdasarkan catatan produksi (susu dan pertambahan berat badan) dari 3 generasi di atasnya.
3. Performance Bull : keunggulannya berdasarkan tampilan individu pejantan tersebut.
Proven Bull terbatas pada sapi FH karena produksi susu tidak dapat berdasarkan pengujian produksi susu anak betina keturunan pejantan tersebut. Sedangkan pada sapi potong umumnya termasuk kriteria Register dan performance Bull.
Berdasarkan kualifikasinya, pejantan BIB Lembang dapat dikuasifikasikan seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Komposisi Pejantan berdasarkan Kualifikasinya

Pemeliharaan ternak pejantan Inseminasi Buatan merupakan kegiatan penting dalam pelaksanaan produksi semen beku. Bibit yang baik memerlukan perawatan yang sempurna dalam hal kesehatan, perkandangan dan pemberian pakannya, sehingga dengan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan semen beku berkualitas, demikian pula sebaliknya.
a. jumlah pejantan
Di awal berdirinya BIB Lembang diresmikan tahun 1975/1976 jumlah pejantan yang dipeluhara sebanyak 7 ekor terdiri dari sapi FH (Fries Hollstein), Ongole, Bali dan Brahman. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pejantan baik sapi dan kerbau yang dipelihara terus meningkat sejalan dengan bertambah luasnya penerapan teknologi IB pada sub sektor peternakan.

Pada perkembangan selanjutnya dalam rangka optimalisasi fungsi Balai, selain memelihara pejantan Sapi dan Kerbau, pada tahun 1998/1999 dipelihara pula pejantan Domba sebanyak 2 ekor dan pada tahun 1998/1999 dalam rangka uji Performansi Sapi Pedet FH dipelihara 50 ekor sapi FH mulai umur 6 Bulan sampai umur 18 bulan.
Dalam perkembangannya jumlah pejantan yang mulai dipelihara mulai tahun 1975/1976 hingga tahun 2000 terlihat pada grafik di bawah ini :

b. Komposisi Bangsa Ternak

Bangsa Ternak untuk pejantan IB di Evaluasi secara berkala sebagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak lokal melalui "Grading Up" dan dengan tidak melupakan upaya konservasi genetik ternak asli Indonesia.

Bangsa ternak yang dipelihara meliputi sapi Bali, Ongole, Brahman, Sapi Madura, Kerbau Murrah dan Kerbau Belang dan Bangsa Sapi dalam rangka Grading up bangsa sapi lokal meliputi sapi FH, Hereford, Simmental, Santa Geturdis, Limousin, Charolais, Australian Milking Zebu, Belmon Red, Charbra, Brangus, Taurindicus, Draught Master dan Angus. Sedangkan pejantan domba yang dipelihara adalah Domba Garut.

Pada tahun 1984 Dirjen Peternakan menyatakan bangsa pejantan untuk Inseminasi Buatan (IB) meliputi bangsa sapi Bali, Ongole, FH, Brahman, Simmental, Simmental, Limousin, Brangus dan Taurindicus serta kerbau Murrah. Pada perkembangan selanjutnya dimasukan pula sapi Angus untuk mendukung program Brangusisasi sapi lokal di Pulau Lombok. Sedangkan pejantan yang tidak dilanjutkan sebagai bangsa sapi untuk IB adalah Hereford, Santa Getrudis, Charolais, American Milking Zebu, Belmond Red, Chabra, Taurindicus, dan Draught Master. Pada tahun 2000 menyusul sapi Ongole dikeluarkan seluruhnya karena kurang diminati peternak, dan kerbau Murrah karena produktivitasnya rendah. Jumlah dan Bangsa Pejantan BIB Lembang sejak tahun 1975/1976 sampai dengan tahun 2000, terlihat pada di bawah ini :

b. Asal Pejantan
Pejantan yang telah dipelihara berasal dari dalam dan luar negeri. Sapi dari luar negeri berasal dari Australia, New Zealand, Canada, Belanda, Jerman dan Timur Tengah. Komposisi jumlah ternak asal impor menurut negara asal dan pejantan lokal dapat dilihat pada grafik 3.

Sedangkan pejantan lokal (dalam negeri) berasal dari Bali, Jatim, Jateng, BPT-HMT Baturaden, NTT, Yogyakarta, Tapos Bogor, BET Cipelang, Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Sumatera Selatan. Komposisi pejantan lokal terlihat pada di bawah ini :

c. Kualifikasi pejantan
Pejantan yang digunakan untuk IB terdiri atas 3 kualifikasi, yaitu Proven Bull , Register Bull dan Performance Bull. Masing-masing mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. proven Bull : keunggulannya sudah dibuktikan berdasarkan produksi dari anak-anaknya
2. Register Bull : keunggulannya berdasarkan catatan produksi (susu dan pertambahan berat badan) dari 3 generasi di atasnya.
3. Performance Bull : keunggulannya berdasarkan tampilan individu pejantan tersebut.
Proven Bull terbatas pada sapi FH karena produksi susu tidak dapat berdasarkan pengujian produksi susu anak betina keturunan pejantan tersebut. Sedangkan pada sapi potong umumnya termasuk kriteria Register dan performance Bull